Sapala Adventure

PENDAKIAN BUKA HANYA MENCARI KESENANGAN MELAIKAN MENGAJARKAN ARTI KEBERSAMAAN ,KESETIAKAWANAN dan PENDAKIAN PENUH DENGAN RINTANGAN,TANTANGAN DAN DIBUTUHKAN PERJUANGAN,KEBERSAMAAN SERTA KEBERANIAN UNTUK MENCAPAI PUNCAK KEJAYAANYA... MY LIFE MY ADVENTURE... http//sangrahanpecintaalam.blogspot.com

Remember Arjuno-Kembar-Welirang




Perjalanan kami dari Jakarta-malang yang panjang nan lama itu memang memiliki beribu cerita yang ga akan habis buat diceritakan ke siapapun, kapanpun, dan dimanapun. Kami yang saat itu bertujuan untuk berangkat menuju puncak tertinggi di pulau jawa, terpaksa harus kandas didepan pos Ranupani karena hal yang kami anggap itu hanya hal yang biasa. Akan tetapi dari situlah kami mendapatkan pengalaman yang jauh lebih luar biasa yang akan selalu kami ingat bahkan tak akan terlupakan seumur hidup kami.
Sebelum kita berangkat ke gn. Semeru itu memang banyak hal yang memang benar-benar harus kami persiapkan dan banyak juga yang harus kami pertimbangkan matang2.Diantara  kelompok kami yang cukup banyak anggotanya itu pun terpaksa harus terseleksi satu demi persatu secara alami karena kesibukan serta sulitnya mengatur jadwal yang tepat, ya maklum setiap manusia itu memang berbeda, begitu pula soal pendapat, alhasil hanya sebagian orang lah yang memang benar-benar akan ikut.  Dari sekian juta anggota (:D hehehe) hanya 4 oranglah yang akhirnya bnar2 memutuskan untuk ikut.

Selain itu sebelum kami berangkat pun banyak halangan yang terjadi yang membuat kami ragu untuk tetap berangkat.Diantaranya salah satu dari rekan kami ada yang mengalami sakit yang cukup parah yang membuatnya sedikit bimbang untuk tetap ikut pada perjalanan yang memang tinggal beberapa hari lagi.Yang lainnya adalah permasalah cuti yang sedikit sulit di Acc oleh atasannya.Belum lagi kendala pada peralatan yang kurang memadai serta kemampuan daya beli yang kurang sehingga membuat kita sedikit kewalahan untuk harus mempersiapkannya satu demi persatu. Tapi seiring waktu semua masalah tersebut berguguran tanpa timbul masalah baru yang lain. Diantaranya sembuhnya salah satu penyakit teman kami yang membuatnya kembali ke barisan untuk tetap ikut mencapai tujuan bersama, yang lainnya terpenuhinya semua peralatan yang memadai dan safety untuk dipergunakan di tempat tujuan kami..

Di hari H pada tanggal 27 Maret 2013
kami bergegas dengan mengenakan seragam kebanggan kami menuju stasiun.Karena sedikit keterlambatan kami berangkat menuju stasiun, akhirnya kami menggunakan Taksi sebagai sarana transportasi yang tepat dan ideal. Bukan hanya anak2 gaul yang kalo ga ada mobil pribadi pakenya taksi. Kamipun demikian sebagai kelompok Pecinta Alam yang kepepet masalah waktu kamipun bak orang elit yang naek taksi. Kan biar kesannya gini “wiiih anak gunung sekarang makenya taksi” Hehehehe :D … dengan kecepatan yang optimal kamipun sampai distasiun tepat 1 jam sebelum keberangkatan kereta.

Kamipun menyempatkan diri untuk melayani cacing2 diperut yang sudah demo besar-besaran. Selesainya dari makan kami berjalan menuju tempat tunggu kereta, akhirnya kereta sampai 30 menit sebelum keberangkatan.Kami bersiap naik dan menempatkan segala perlengkapan, dan tepat pada pukul 14.15 roda kereta berputar berjalan kearah timur menuju Malang-Jawa Timur.
Diperjalanan banyak hal yang dapat kami ambil sebagai pelajaran yang mumpuni untuk kedepan.Banyak cerita yang tak pernah habis untuk di ceritakan, banyak hal yang kami anggap sebagai hal yang seru, lucu, juga bahkan jenuh alias bosannya.Semua itu ada dalam sebuah perjalanan yang panjang dan banyak hal-hal yang tak terduga oleh pemikiran kami.

Pertama serunya.Dikereta serunya banyak bgt, di provinsi yg daerahnya masih asri, indah banget kalo kita ngeliat pemandangan. Aduhai indah nan ciptaan tuhan ini..belum lagi kita hunting foto dan video sambil gelayutan di pintu kereta ditengah hamparan padang ilalang. Aduuhaii nikmatnya, seolah2 seperti aktor pemeran film 5cm. hehehe.
Lain lagi soal temen2, ada2…. aja kerjaannya, lagi bete2nya eeehhh ada yang beli buku TTS, alhasil kita seru2an ngisi TTS bareng2, tapi lucunya di buku TTS tersebut di halaman belakangnya terdapat lembar jawaban, yaudah deh, jadi kalo kita ga tau jawabannya kita nyontek aja di halaman belakang,,, hadeh memang ga mau mikir banget yah kita. Terus juga keseruan lainnya dikereta adalah disana banyak pendaki gunung yang barengan sama kita, disaat seperti itulah kita mengambil kesempatan untuk saling berbagi pengalaman dan bertukar fikiran sesama pendaki lain… yaaa lebih dari 50% sih pendaki yang kita ajak ngobrol itu adalah pendaki galau Semeru yang masih mencoba nekat untuk tetep brangkat kegn.semeru.mereka sama sih halnya kaya kita, Ya walaupaun sebelum berangkat sebenarnya kita sudah tahu bahwa pendakian gn. Semeru sedang ditutup untuk sementara, tapi kita ttep semangat, ga bakal pulang sebelum kita tahu jawaban langsung dari pihak gn. Tengger semeru. Karena kami adalah kelompok yang setia setiap saat bak seperti iklan REXONA… heheheheh :D :D
Kedua lucunya..Dikereta selalu ada aja bahan yang bisa dibuat lucu2an, dan selalu ada aja bahan tertawaan.Pertama soal penumpang. Dari stasiun senen itu awalnya kita menganggap yang ada dikereta itu Cuma ada petugas kereta dan penumpang kereta, karena memang yang kami lihat secara kasat mata yaaa hanya itu,selain itu ga ada lagi. Jadi ketika waktu kita naik kereta itu semua penumpang berbusana rapih dan menyandang kitab suci.( loh kok jadi kaya lagu suasana kota santri :D) terus juga dia memakai tas yang cool abis, tak ada aktivitas yang mencurigakan. Hingga 1 sampai 2 jam timbul keanehan. Penumpang wanita cantik yang ada disamping kami tiba2 berubah bak sepaerti film power rangers ataupun ultramen yang merubah manusia menjadi super hero. Tapi dikereta ini berbeda, wanita itu berubah dan ketika kita menyimak suara.Ternyata dia bersuara seperti ini… kooopiii koooppiii, pop mi pop miiii… hihihihihihihihi… kita yang ngeliat itu jadi pangling sambil ketawa. Karna pada awalnya dia berpenampilan rapih dan berlaku seperti penumpang biasa dengan membawa tas yang biasa pula. Ternyata oh ternyata ketika di stasiun senen itu dia memang sengaja berpenampilan seperti penumpang agar tak dicurigai petugas dan ketika diperjalanan barulah dia memulai aksinya. Hadduuuuhhh, tapi sebenarnya dari wanita itu masih ada yang kurang..seharusnya ketika dia mau berdagang dan berubah seharunya dia mengatakan yel2 seperti ini…. BEEERUUUUBBAAAH..jadi biar dia terkesan seperti wanita super hero yang di televisi2. Hehehehe :D . tapi kita salut sama semua pedagang yang ada dikereta. Pertama perjuangannya dikereta luar biasa, kedua teknik marketingnya handal banget, terutama tukang power bank baterai, terus juga tangguh bak seperti kuda perang… itulah mereka. Salam hormat dan salam wirausaha untuk pedagang.

Dan ketiga betenya..Kita semua pasti tau perjalanan di kereta selama+ 19 jam dari Jakarta-malang itu lumayan bikin kita capek. Mengapa demikian, ya karena selama perjalanan kita Cuma bisa duduk, kalopun mau tidur ya Cuma orang beruntung aja yang dapet bangku kosong trus bisa dibuat tidur deh.Kalo ini kita bangku pas2an.Bayangin gimana pegelnya dari ujung rambut, pinggul, bokong hingga ujung kaki, terutama bokong yang tipis membuat kita jadi gembor. :D. belum lagi di saat jam2 sepi seperti jam 12 malam hingga jam 5 subuh. Itu suasana sepi banget dan belum lagi bete karana ga ada temen yang bisa diajak buat ngobrol. Bayangin 5 jam kita bengong bin melongo kaya batu. Ya itu sih buat orang yang terbangun ketika jam segitu. Ya yg lain sih asik2 aja kalo pada tidur mah. Ya Cuma walaupun tidur pun tak senyenyak dikasur kamar kita sendiri. ( “ yaiyalah bayar 51rb aja mau yang tidurnya nyenyak” ). Akan tetapi biar bagaimanapun rasa bete itu tergantikan kok dengan seru2an dan juga lucu2annya.

28 Maret 2013, tepatnya pukul 08.30 WIB kami tiba distasiun pemberhentian terakhir di Malang, kami sedikit menghela nafas karena lega telah sampai di Malang dengan selamat.Terasa perbedaan yang mincolok antara stasiun2 yang ada dijakarta, salah satunya adalah tentang udara. Di stasiun Malang terasa nafas menjadi legah karena udara yang masih bersih, tak ayalnya seperti di kota Jakarta yang penuh dengan polusi yang menyengat hidung. Dengan rasa semangat ditambah penasaran yang bergelora kami bergegas mencari angkutan umum untuk melanjutkan perjalanan ke tujuan kami.
Pada akhirnya kami yang bertujuan ke gn. Semeru harus kandas di tengah jalan karena memang benar2 jalur pendakian tersebut telah ditutup untuk sementara.Rasa kecewa mungkin ada, wajah kami yang awalnya cerah dengan penuh senyum berubah menjadi murung dan terdiam.Tubuh terasa gemetar karena tujuan tak tercapai, hati menjadi pedih karena hasrat yang tak terlampaui.Nasi sudah menjadi bubur, begitulah peribahasa untuk kami. Kami memang sudah terlanjur berada di kota Malang. Alhasil tak ada rotan akar pun jadi.Mahameru tak kesampaian, Arjuno pun jadi sasaran.Kami akhirnya membanting setir, putar arah menuju gunung tertinggi ke 3 dipulau jawa itu.
Sesampainya kami di pos pendakian Gn. Arjuno pertama “Pos Tretes”,
segala keperluan data kami penuhi semuanya. Di pos tersebut juga memang banyak pendaki lain yang gagal ke gn. Semeru dan mengalihkannya ke Gn. Arjuno. Waktu menunjukan pukul 13.00 WIB, kami begegas untuk melanjutkan perjalanan ke puncak gn. Arjuno. Akan tetapi berbeda 3 kelompok pendaki lain. Mereka semua akan berangkat di keesokan harinya. Alhasil di pada pukul tersebut itu hanya 1 kelompok yaitu kami yang tetap naik untuk ke pos selanjutnya, dalam perjalanan kami ke Pos Kokopan 30 menit kemudian Kami diguyur hujan yang sangat lebat, Akhirnya Kamipun menarik Ponco dan Jas ujan Kami untuk berlindung dari hujan dan tidak hanya itu, Perjalanan berat berada didepan kami, sepanjang perjalanan yang hanya adalah tanjakan2 tinggi. Kalo bahasa anak gunung itu biasanya disebut ga ada BONUS :D. baru kali ini kami merasakan perjalanan yang memang benar2 meletihkan sekali. Setiap tikungan kami berharap akan ada jalan yang rata tanpa menanjak lagi. Tapi itu semua tak ada dalam kamus Gn. Arjuno via Tretes.Tapi tekat tetap bulat, nyalipun tak pernah menciut untuk menaklukan trek yang seperti ini.

Sesampainya kami di pos kedua yaitu “pos kokopan” pada pukul 16.45 kami istirahat dan membuka tenda untuk bermalam disana.Terlihat betapa lemahnya kaki yang diajak menanjak terus menerus dengan beban yang sangat berat.Pada sore itu kamilah kelompok pertama yang sampai di pos kokopan.Kamipun membangun tenda, diantara kami berbagi tugas antara membangun tenda dengan masak-memasak.Hari mulai gelap, mentari berganti menjadi rembulan.Nasi dan sarden pun telah siap disajikan untuk disantap.Kamipun menyantapnya dengan penuh hikmat.Malam semakin larut, rasa kantukpun tak bisa ter’elakan lagi.Akan tetapi dimalam itu kami melihat banyak pendaki dari berbagai daerah baru sampai di pos tersebut. Kami sempat berbincang ternyata mereka berangkat tak lama setelah kami, akan tetapi mereka baru sampai dimalam hari. Wwaaaaahhh, setelah membandingkan ternyata langkah kaki kita itu memang lumayan cepat yah… :D hehehe. Terbukti dengan beberapa kelompok yang telah jalan terlebih dahulu kami susul dan tertinggal oleh kami, dan memang juga durasi kami istirahat ditengah jalan sangatlah sedikit. Tapi yasudahlah semua itu tak akan mengurungkan niat kami untuk tidur dan meng’istirahatkan seluruh anggota tubuh kami.

29 Maret 2013 
Di pagi yang indah nan sejuk. Mentari terbit memunculkan sinarnya, burung2 berkicau silih berganti memberikan semangat tambahan baru tuk hidup kami.Kami kembali bergegas melanjutkan perjalanan ke pos ketiga yaitu “Pondokan”. Percaya ga percaya, konon katanya menurut penduduk asli sekitar, pondokan itu adalah tempatnya para arwah2 berpesta dimalam hari, yaaa entahlah..itu kan menurut versinya para penduduk asli. dan disana juga punya banyak kisah yang menarik untuk didengar meskipun agak sedikit mistis. Perjalanan dari Kokopan menuju Pondokan itu sama halnya dari Tretes ke Kokopan, semuanya jalan menanjak alias tanpa BONUS, padahal perjalanan dari kokopan ke pondokan itu tak mengambil waktu banyak tak seperti perjalanan ke gn. Gede Pangrango, akan tetapi rasa letihnya itu jauh lebih terasa ketimbang gn. Gede Pangrango.haaaahhh rasanya bosan setiap melewati tikungan ternyata yang kami temukan tanjakan tinggi kembali. Hemmm itulah Arjuno.Tengah hari kamipun sampai di Pondokan.Kami pun menemukan para pendaki2 lainnya.
Kamipun berbincang2 dengan mereka.Menurut mereka yang sudah pernah naik ke gunung ini sebenarnya kalo mau 3 puncak ini relative memakan waktu yang singkat. Diantaranya ke Puncak Arjuno memakan waktu 7 jam, puncak “Kembar” 3,5 jam, dan puncak “Welirang” 4 jam. Meski penjelasan dari para pendaki demikian, kami memutuskan untuk ngecamp terlebih dahulu dan memilih muncak dimalam harinya biar seperti di gn. Semeru yang muncaknya harus tengah malam dari ”kali mati”.. Karena memang kebanyakan pendaki lain pun seperti itu.Dan akhirnya pun kami beristirahat melenturkan seluruh organ tubuh.
Pondokan, 30 Maret 2013 pukul 01.00 Malam kami terbangun dengan suara alarm jam tangan salah satu rekan kami.Kamipun packing dan bersiap2 untuk memuncak. Sebenarnya kami yang tidak tahu jalur ingin berangkat bersama dengan salah satu kelompok lain. Akan tetapi memang di jam terdebut yang ingin berangkat memuncak hanya 2 kelompok dan salah satunya kami. Mereka jalan terlebih dahulu dari pada kami dengan selisih waktu sekitar setengah jam. Alhasil kami yang terlambat dalam urusan packing harus memuncak sendiri tanpa kelompok lain.Kami yang sebenarnya terbiasa dalam hal packing dan mempersiapkan segalanya dengan matang, entah mengapa kali ini kami sangat lalai, kami seperti merasa dituntun oleh sesuatu yang gaib untuk membawa perlengkapan seadanya tanpa mempertimbangkan kemungkinan yang terjadi.Kami tersadar semuanya disaat kami sudah berjalan terlalu jauh dari camp kami di pondokan.Persediaan air kami sangatlah sedikit. Kami hanya membawa 2 liter air di botol plastic besar dan 1,5 liter air dalam 4 botol yang kami pegang masing2, itupun habis 2 botol ditengah jalan saat 2 orang diantara kami tiba2 ingin BAB.Belum lagi soal makanan, entah mengapa kami merasa sangat bodoh dan sangat ceroboh pada saat itu. Kami hanya membawa 2 bungkus biscuit seharga + Rp.5.000, 3 sashet choki2, ditambah 1 bungkus permen berisi sekitar 15 permen dan tidak ada yang lain. Kami tidak membawa hi cook, nesting, serta kompor kecil untuk memasak.
Pukul 02.30 WIT (waktu Indonesia Timur ),
kami terus berjalan ditengah hutan tanpa adanya kelompok lain yang memandu kami berjalan. Persediaan air semakin menipis.Diperjalanan entah mengapa kami selalu mengambil jalan pintas yaitu dengan menyusuri jalur setapak atau bukan jalan utama dengan alasan untuk mempersingkat waktu, mungkin kami memang benar2 ditutuntun untuk tersesat.
Sampai akhirnya kekhawatiran kami memuncak ketika jalan yang kami susuri buntu atau tidak ada jejak jalan setapak lagi.Saat itu kami kebingungan dan kehilangan arah, jalan yang licin dengan kemiringan yang tidak ideal serta berbahaya membuat kami selalu berhati-hati dalam menentukan langkah. Kami yang berada diketinggian saat itu tak melihat satupun sinar cahaya yang dibawa oleh pendaki lain. Disaat puncak rasa kebingungannya kami akhirnya kami memutuskan untuk terus mendaki dengan harapan ketika dipuncak dapat menemukan pendaki lain. Sunyi senyap perjalanan yang kami lalui, rasa letih selalu menggerogoti tenaga kami.Sampai akhirnya kami menemukan jalan yang memang benar2 buntu.Tebing terjal dengan batu yang besar menghalangi langkah kami.
Kami tidak mungkin untuk berpindah untuk memutari batu besar tersebut. Sungguh berbahaya keputusan yang kami ambil, kami memutuskan untuk mendaki batu besar tersebut tanpa perlengkapan walk climbing, tanpa pengaman ataupun tali. Salah langkah kami dalam mengambil pijakan maka NYAWALAH menjadi taruhan kami, posisi tubuh kami haruslah tetap menempel pada batu besar tersebut agar tidak terjatuh, namun sangatlah sulit untuk menempelkan badan kami karena tidak adanya pegangan pada batu tersebut serta kemiringan yang melebihi batas.Akan tetapi pada saat itu kami tak sadar dan tak memperdulikannya.Salah satu diantara kami kakinya gemetar karena merasakan betapa beresikonya pendakian tersebut.Beruntunglah diatas batu tersebut terdapat pohon yang berdiri tegak.Jadi salah satu rekan kami naik terlebih dahulu dan berpegangan pada pohon sedangkan yang lainnya berpegangan pada kaki teman kami yang memegan pohon. Setelah melewati  batu besar tersebut kami istirahat sejenak melepas rasa panik yang mendalam akibat memaksakan tenaga untuk mendaki batu yang hampir mustahil untuk didaki tanpa kelengkapan alat. Dengan mengucap syukur Alhamdulillah kami masih diberikan keselamatan.
Pukul 03.30 puncak gunung sudah terlihat.Pepohonan semakin sedikit dan memendek.Langkah kami semakin dekat dengan puncak.+pukul 04.00 pagi kami sampai di puncak. Akan tetapi apa yang terjadi? Ternyata yang kami lihat bukanlah puncak yang kami tuju. Terlihat dua gunung mengapit kami yaitu arjuna dan welirang. Kami saat itu tidak tahu sedang dipuncak gunung apa. Kondisinya saat itu masih sangatlah gelap dan sangat dingin.Kami berkeliling sambil melihat-lihat dan nampak memang tidak ada aktivitas apapun dipuncak yang kami pijaki.Kami merasa kebingungan kami istirahat sejenak sambil berdiskusi untuk memutuskan bagaimana selanjutnya.
Kami yang saat itu sangat kedinginan mencari tempat yang sekiranya dapat mengurangi rasa dingin kami. Alhasil rasa cemas kami sedikit memudar ketika kami melihat tempat perapian dimana tempat tersebut pasti pernah digunakan pendaki untuk api unggun. Disana kami berusaha menyalakan api unggun ditempat perapian yang lembab dan basah. Diantara kami ada yang mencari batang2 kering yang mudah terbakar dan yang lainnya ada yang menyalakan api. Akan tetapi sangat sulit bagi kami untuk menyalakan api ditempat yang lembab dan hampir basah tersebut. Alhasil kami gagal dalam menyalakan api. Kamipun menggigil kedinginan.Kami memutuskan untuk mencari tempat yang lebih tertutup agar dapat menghambat laju angin yang menusuk tubuh kami  yang rentan.Setelah beberapa saat berjalan kami menemukan pohon yang sekiranya lebih tertutup, akhirnya kami berkumpul disana dengan membuat sebuah lingkaran untuk mengurangi rasa dingin yang kami dera.Salah satu teman kami pada bagian belakang badannya terasa sangat dingin, bagi kami itu adalah sebuah keanehan.Namun pada saat itu kami tidak menyadarinya.Kami terlalu konsen untuk bagaimana caranya keluar dari ketersesatan. 1 jam lebih kami duduk membentuk lingkaran sambil menahan dinginnya udara saat itu.
Pukul 05.00 lebih mentari mulai menunjukan karismanya, momen tersebut tidak kami sia2kan.Kami berfoto2 di saat sun rise hadir meski dalam keadaan tersesat, semua itu kami lakukan untuk sedikit menghilangkan rasa panic kami.
Ketika mentari hampir terbit sepenuhnya kami bergegas meninggalkan tempat persinggahan kami dan memutuskan untuk mendaki puncak welirang dengan harapan disana ada orang yang menyambut kami dan memberikan petunjuk arah bagi kami.Seseungguhnya rasa keragu2an selalu menghampiri kami dalam memutuskan untuk turun dan mendaki kembali ke puncak welirang yang berada disebelah kami. Karena dari pantauan yang kami lihat jalur yang akan kami lewati sangatlah terjal dan berbahaya. Namun tak ada jalan lain. Memang hanya itulah jalan satu2nya bagi kami untuk menyelamatkan diri.
Ketika kami menuruni puncak kembar jalan sungguh tak terlihat bekas kaki orang yang lewat, kami memotong jalan yang berbahaya dan curam.Tidak sedikit diantara kami ada yang terperosok, tetapi untungnya masih diberikan keselamatan.Hingga akhirnya kami menemukan ujung dari jalur/jalan yang menurun. Didasar kaki gn. Kembar dan welirang kami berkeliling untuk mencari jalur yang resmi dan aman.Akhirnya kami menemukan jalur resmi, dan dipersimpangan jalan tersebut terdapat tali bewarna Biru yang diikatkan dipohon menandakan orang pernah melewati jalan tersebut. Kami merasa legah, karena kami berfikir dengan melewati jalan ini kami akan menemukan pendaki atau seminimalnya para penambang belerang. Dengan semangat kami menaiki kaki gunung welirang menuju puncaknya.Saat itu persediaan air sangat-sangatlah sedikit.Hanya tersesa 1 botol alumunium sekitar ¼ liter saja.Untuk minum untungnya banyak embun yang menempel di dedaunan yang hijau, kami memanfaatkannya untuk mengurangi rasa haus kami. Kami tidak boleh lengah diperjalanan, setiap ada air atau makanan yang sekiranya dapat dimanfaatkan akan kami ambil untuk keperluan yang terdesak. Sampai disuatu pijakan yang agak cekung terdapat air sisa hujan.Maka kami manfaatkannya kembali untuk minum kami.Perjalanan yang melelahkan belum berakhir.Pendakian masih kami teruskan, keanehan kembali timbul menyertai perjalanan kami.Sepanjang perjalanan kami tak menemukan satupun pendaki bahkan para penambang sekalipun.
Sesampainya dipuncak welirang kami memang benar2 tidak menemukan sama sekali adanya aktivitas pendaki maupun penambang. Kami sangat kebingungan mengingat para peserta pendakian gn. Arjuno saat itu sebenarnya sangat banyak.Kami berjalan terus menerus menuju puncak welirang, banyak pemandangan indah disana.Terlihat puncak mahameru dari kejauhan. Kami yang saat itu dalam keadaan panic masih menyempatkan diri untuk berfoto-foto dipuncak welirang.
 kami yang pada saat itu berusaha mencari jejak atau petunjuk yang dapat memberi kami arah. Namun kegagalan yang kami peroleh.Kami tak menemukan apapun, dan seorangpun.Kami sempat menemukan air dalam botol aqua hampir full.Itu merupakan berkah bagi kami, air tersebut kami ambil dan setelah kami minum ternyata air tersebut adalah campuran antara air hujan dan belerang.Namun air tersebut masih tetap kami manfaatkan. Kami berfikir akan ada keadaan yang terdesak. Setelah melihat-lihat dan kami tak menemukan apapun, kami bagaikan bergantung di akar yang lapuk, atau bahkan seperti memakan buah simalakama. Kami yang tak tau arah jalan pulang harus menententukan dua pilihan yaitu : 
1. Kami memilih pulang dengan membuka jalur yang baru dengan menggunakan logika dalam menentukan langkah namunkonsekuensi akan tersesat, dan pilihan yang  
 ke 2. Adalah dengan memilih jalur pertama saat kami mendaki dengan konsekuensi yang sangat berbahaya yaitu melewati batu cadas yang sulit dilewati serta jalan yang licin dan  banyakjalan yang membingungkan ditambah lagi harus kembali naik dan turun gunung kembali.Dengan pertimbangan demikian akhirnya kami memilih option yang pertama. Perjalanan kami sangatlah sunyi, kami bertieriak-teriak berharap ada orang lain yang dapat menolong kami, Tapi kami tak menemukannya.
Pukul 11.00 kami terus berjalan menuruni kaki welirang, jalan kami tidaklah mudah.Dalam menentukan langkah kami selalu menebak sesuai logika kami.Akan tetapi entah mengapa logika kami saat itu seperti dibutakan.Pada awalnya kami sepakat untuk kembali ke pondokan dan mencari jalan yang utama kami harus berjalan kearah timur.Akan tetapi entah mengapa kami menjadi berputar arah menuju barat, padahal seharusnya kami berjalan ketimur.Hingga kami semakin jauh tersesat.Ditengah perjalanan kami harus mengadapi jalan buntu yang terjal, tak mungkin kami dapat menyebrangi jurang pemisah tanpa adanya peralatan yang lengkap dan tepat. Alhasil kami berkeliling mencari jalan lain. Untungnya kami menemukan pohon tumbang yang menjembatani jurang tersebut. Meski sempat khawatir tentang daya tahan pohon tersebut, akan tetapi kami tidak memiliki pilihan lain untuk dapat melewatinya. Satu demi persatu kami menyebrangi jurang itu diatas pohon tersebut.Kami tidak bisa bayangkan jika kami terperosok atau kehilangan keseimbangan dan kami jatuh ke dasar jurang. Mungkin kami tidak akan kembali kejakarta.
( Maaf disini udh ga ada foto lagi yang Kami Ambil karna disini adalah Titik Puncak Kami Tersesat tak ada semangat atau gairah untuk berfoto, dan Penampilan Kami pun sudah berubah Draktis Muka Panik,Berkeringat,Kotor Wajah yang Punuh Arang dllnya.)
Lanjut Kecerita....
Air kami telah habis, kami tidak tahu harus mencari air dimana lagi.Tenggorokan kami sangat kering dan dehidrasi.Tubuh kami sangat lemah.Kami berjalan tiada henti menyusuri lintasan yang tak berpenghuni.Hingga disuatu aliran sungai yang kering terdapat genangan air yang cukup menyenangkan kami.Kami bergegas mengambil air tersebut, salah satu dari anggota kami turun untuk mengambil air tersebut.Akan tetapi kontroversi terjadi diantara kami.Salah satu rekan kami tak menyetujui untuk mengambil air tersebut dengan alasan airnya bau tanah dan tidak jernih. Entah apa yang difikirkannya yang masih menginginkan air yang nikmat ditengah kondisi terdesak. Alhasil salah satu dari kami yang mengerti akan kondisi tersesat dia yang turun mengambil air memberikan penjelasan tentang kondisi kita yang memang benar-benar tersesat.Hingga akhirnya teman kami sadar juga dengan kondisi tersebut, bahkan ditengah perjalanan pun dia meminum air tersebut yang sebelumnya dianggap bau tanah dan tidak jernih tersebut, (dalam Hati Saya Coba kalau saya ga ambil mungkin kita sudah ga bisa dibnyangkan mungkin kita semua tak bisa Jalan lagi akibat kekurangan Minum atau di sebut Dehidrasi )
Waktu silih berganti, gelap berganti pagi, pagi berganti siang, siang berganti sore.Kami terus melangkah dengan penuh keluh kesah. Kami kehausan, kami kelaparan,  kami keletihan, dan kami hampir putus asa.Kami tak menemukan apapun yang akan dapat mengantarkan kami pulang. Ketika kami berjalan semakin menurun, kami tak menemukan tanda apapun.Salah satu rekan kami selalu menandai jalan dengan mengikatkan seutas tali di ranting pohon, berharap dan berdoa agar ada orang yang menemukan dan mengikuti jejak kami. Entah keanehan apa lagi yang selalu kami temukan. Seitap jalan yang curam dan buntu serta kami tak bisa lewati selalu ada pohon tumbang yang dapat menyebrangkan kami, seolah-olah kami seperti dituntun untuk melalui jalan tersebut.Akan tetapi apalah daya kami, kami tak memikirkan apapun kecuali terus dan terus berjalan sampai menemukan jalan. Setiap perjalanan kami selalu menemukan bukit, dan setiap itulah kami selalu menaruh harapan bahwa dibalik bukit tersebut ketika kita daki maka kami akan menemukan jalan atau bahkan pendaki lain. Akan tetapi berkali-kali pula kami dikecewakan.Tak ada apapun yang dibalik bukit tersebut. Kami melihat-lihat sekeliling, semakin kami berjalan kami melihat didepan kami selalu hutan-hutan dan hutan., semuanya serupa dan sama, kami tak dapat membedakan apapun. Semua pohon terlihat sama, semua rerumputan terlihat sama, kering karena bekas terbakar. Smua bukit terlihat sama, dibalik bukit itupun ternyata adalah tempat yang sama. Ketika dipuncak bukit kami melihat kebawah, tak ada perumahan ataupun perkotaan.Semuanya tertutup, yang ada hanyalah kembali perbukitan yang membuat kami jenuh.Persediaan air kami kembali hampir habis, kami kembali bergembira ketika ditemukan dengan kubangan air yang dapat kami manfaatkan untuk minum walaupun Airnya tak sejernih yang pertama kami temukan kondisi Air yang Colat Berbau Lumpur,dan bnyak Rumput" kering diAir karna keadaan yang sangat Haus entah menga Air yang Amat Sangat Keruh itu Nikmat kami rasakan dan Terlihat di kubangan tersebut jejak kaki sang rusa. Mungkin kubangan tersebut pernah disinggahi oleh rusa untuk minum.Kami beranggapan bahwa kami dan rusa sama2 makhluk hidup, maka kami mengambil air tersebut untuk minum.Tanpa adanya rasa jijik.
Ditengah perjalanan kami selalu diselimuti oleh kabut yang sangat tebal. Pandangan kami ke depan semakin terbatas. Rasa dingin pun semakin menyelimuti kami.Hari semakin sore, kami tak kunjung menemukan apapun.Akhirnya kami sadar bahwa jalan yang kami lalui ini adalah jalan yang salah.Alhasil diujung tenaga kami kami beristirahat sejenak.Ketika membuka handphone, ternyata ada salah satu rekan kami yang mendapatkan sinyal, dia pun menelpon sanak keluarga untuk meminta pertolongan.Setelah beberapa perbincangan kami akhirnya memutuskan untuk kembali memuncak ke puncak welirang.meski perjalanan akan kembali semakin jauh. Tapi hanya itulah jalan satu2nya kami.Berharap diatas ada orang yang mencari dan menemukan kami di puncak welirang.akan tetapi kami waktu sudah sangat sore, fisik kami semakin melemah, kaki tak sanggup untuk melangkah kembali. Awan mendung tiba menyelimuti dan membuat kami ketar ketir.Suara kabut yang gemuruh ditengah hamparan ilalang yang sunyi membuat kami semakin khawatir.Kami tak kuat melanjutkan perjalanan.Tubuh kami tergeletak di tengah2 hutan LALIJIWO yang sunyi dan mencetarkan.Kamipun tertidur sejenak, diantara kami bahkan ada yang sempat bermimpi.Hanya 1 orang rekan kami yang tak tidur dan masih memikirkan jalan keluar.Secerca harapan datang menyemangati kami ditengah kegelisahan. Ketkia kami semua terbangun tiba-tiba saja kabut terbuka membelah dua seolah-olah menunjukan kami jalan.Kami seperti kembali semangat dan fisik kami kembali vit.Tanpa banyak bicara kami melanjutkan perjalanan menuju puncak sambil mencari jalan yang utama.Kali ini kami memuncak sambil kearah berlawanan agar dapat menemukan jalan utama.Entah mengapa saat itu pula semua arah terlihat dan terbuka lebar.Ilalang yang kering tiba-tiba begitu saja berubah menjadi rerumputan yang hijau. Di hati kami beranggapan, ada apa ini.Akhrinya dari kejauhan nampaklah jalan dan beberapa kelompok pendaki yang sedang berjalan kearah pondokan.Tak dapat diungkapkan rasa kegembiraan kami yang menggebu-gebu, menggelora bagaikan samudra pasifik.Kami berteriak sekeras mungkin untuk memperoleh perhatian dari mereka.Segala puji bagi Allah, kami bersyukur mereka mendengarkan suara kami.Kami meminta tolong dan mereka memberikan isyarat.Mereka menyalakan lampu dengan dikelip-kelipkan agar itu menjadi titik tujuan kami. Tanpa rasa takut akan turunan yang sangat miring kami merosot bak seperti anak2. Kami berlali. Kami terharu akhirnya kami menemukan pendaki lain, hingga kami terperosok, terjeblos dalam cegokan, terhalang rerumputan yang tinggi. Tapi kami tetap menggubris semuanya dengan penuh semangat.
Sesampainya kami pada tujuan kami bernafas legah, kami diberikan minum yang cukup.Betapa segarnya air tersebut. Air yang jernih dan sejuk. Air yang tak kami rasakan selama seharian penuh. Kami berbincang-bincang dan menjelaskan bagaimana kronologi kami ketika tersesat. Mereka merasa aneh dengan cerita kami, karena pada jam yang sama mereka dan para pendaki lain ramai masih berasa di puncak welirang. Tapi entah mengapa kami tak menemukan mereka. Mungkin pandangan telah dibatasi oleh alam yang ghaib, kami dituntun untuk tersesat. Meskipun demikian kami tetap bersyukur meskipun seharian kami tersesat, pada akhirnya pun kami menemukan jalan utama yang akan mengantarkan kami pulang kerumah.

Sesampainya ditenda camp kami, kami tak sempat untuk beristirahat. Kami langsung membereskan perlengkapan untuk turun. Karena pada saat itu sudah tanggal 30 Maret, dan itu adalah tanggal dimana kami menjanjikan akan kembali ke pos pertama yaitu pos Tretes. Jalur malam pun kami tempuh untuk menuruni bukit-bukit yang sebelumnya kami daki.
inilah foto" kondisi Kami Terakhir setelah Hilang 



Waktu semakin larut, hawa dingin semakin menyelimuti. Waktu menunjukan pukul 21.00. sesampainya di Pos Kokopan kami beristirahat. Tak mungkin kami melanjutkan perjalanan untuk tetap turun menuju pos Tretes, alhasil kami memutuskan untuk beristirahat di pos Kokopan. Sebelumnya pun kami menelfon pihak penjaga atau pos Siaga Tretes, kami mengabarkan bahwa kami telah ditemukan, saat ini kami berada di Kokopan dan kemungkinan besok pagi kami akan meneruskan perjalanan menuju Tretes. Kami  juga mengabari keluarga agar tak cemas dan khawatir. Setelah demikian kamipun tertidur pulas melepas rasa lelah kami. Dipagi hari kami terbangun lebih lama dari yang kami jadwalkan. Rencananya kami akan turun mulai pukul 05.30, mungkin karena rasa letih yang mendalam kami terbangun dua jam lebih lambat. Kamipun bergegas pulang dengan cepat.
Perjalanan pulang sangatlah melelahkan untuk kami. Fisik kami tak lagi vit seperti awal kami melakukan pendakian kami. Terlihat dari wajah kami yang agak memucat. Punggung kami terasa sangat sakit dan perih, belum lagi teman kami kakinya terkilir, sehingga jalannya pun terpincang-pincang. Dikarenakan kami telah menjadwalkan pada supir yang telah kami charter jam 11, maka salah satu diantara kami berjalan lebih cepat agar sang supir tak mencari kami.  Kelokan, turunan, bebatuan kami lewati. Tepat pukul 10.40 kami sampai di pos tretes. Kami melapor kepada pihak penjaga pos tretes. Kami disambut dengan baik. Kami diceritakan perihal keluarga kami yang terus menerus menelfon untuk menanyakan kabar kami. Sungguh rasa malu ketika kami telah sampai di pos tretes. Banyak orang yang bertanya2 pada kami seperti ini :
Tanya : kamu yang dari Jakarta yah?
Jawab : iya mas, kami yang dari Jakarta.
Tanya : kamu kalo ga salah yang habis tersesat itu yaah?
Jawab : dengan malu-malu kami menjawab “Heheheh iya mas”
Dan selalu saja kami ditanya demikian ketika bertemu pendaki lain. Dan yang kami herannya pasti mereka tahu bahwa kami orang dari Jakarta yang tersesat itu. Kemungkinan karena mobil yang kami taiki adalah mobil yang berplat Jakarta, seolah-olah mobil tersebut adalah mobil pribadi kami. Sebelum kami pulang kami berpamitan dengan para pendaki lain dan penjaga pos Siaga Tretes. Terlihat kebaikan dari penjaga pos tersebut dengan memberikan senyum dan semangat, kami selalu ingat dengan kata-katanya “jangan kapok yah untuk kesini lagi, kami disini selalu welcome untuk kalian”. Hihihihih kami jadi merasa sedikit terharu.


Doc.Sapala 30 Maret 2013
copyright@ Abdul Rohman S.148.Ak-II.05.KB
Angkatan Kabut Putri


2 comments:

J.Hermawan said...

Cerita dan pengalaman yang sangat menarik masbro.., kejadian seperti ini juga saya alami pada saat melakukan pendakian Th.1974.., saat itu kami 6 orang naik dari Tretes trus ke Kawah G.Welirang.., dari welirang rencana kami waktu itu kami mau menuju Puncak G.Arjuno.., saat berada di gunung kembar (G.Indrokilo I & G.Indrokilo II)... jalur ini adalah jalur pintas yang terdekat menuju G.Arjuno... kami tersesat 1 hari berputar-putar terus... (Membaca artikel yang masbro ceritakan kemungkinan lokasinya sama).., konon disini kita tidak boleh berkata kotor.., ngomong kalau tersesat, bersiul & buang air besar... dan biasanya saat sebelum kita tersesat ada salah satu anggota team kita yang melakukan hal tersebut... saat itu kami juga sangat panik sekali karena logistik air minum habis.., kami juga meminum air dari cekungan batu dan kubangan tempat rusa minum... diujung kepanikan itu akhirnya kami berhenti dan berdoa bersama serta memohon kepada Sang Maha Pencipta agar kami diberi petunjuk jalan... Alhamdulillah... kami menemukan jalan dan meneruskan perjalanan ke G.Arjuno dan turun di Ds.Junggo - Kota Batu-Malang.. dengan selamat.
Note :- melihat foto masbro yang menyebutkan puncak Welirang.., itu kemungkinan adalah puncak G.Indrokilo I & II.., karena setahu saya pada kondisi normal... puncak / kawah G.Welirang itu selalu ada kegiatan penambangan belerang.., maaf kalau saya keliru... Salam Lestari..!

roji said...

makasih mas bro komenya ya kita mempunyai cerita yang sama boleh nih bro minta kontaknya biar kita saling berbagi informasi klo ada kontak invite saya bro 08978808461 wa dan BB 3114cbcc