Lembah Kematian Semeru Blank 75
Jangan biarkan diri lengah..
Karena disorientasi medan..
pertanda semua daya yg ada padamu diuji..
Blank 75 adalah istilah yg sering digunakan oleh personel SAR yg sering beroperasi di Semeru untuk menunjukkan suatu lokasi di gugusan lereng Semeru utk mencari ataupun mengevakuasi korban pendaki yg hilang ataupun tersesat selama pendakian ke Semeru. Bisa dibilang kawasan Blank 75 adalah "DEATH ZONE"-nya jalur pendakian Semeru. Gambaran medannya adalah lereng berpasir yg jalurnya putus (blank) karena dipisahkan oleh jurang yg dalamnya kira2 75m - 100m. Makanya disebut Blank 75. Lokasinya yaitu kalo kita turun dari puncak Semeru, maka Blank 75 letaknya berada diluar jalur di sebelah kanan arcopodo/kelik (dari arah puncak). Di sekitar batas vegetasi. Secara administratif TNBTS terletak di blok Pawon Songo, dusun Pasrujambe, Lumajang.
Kenapa dibilang Death Zone, karena berdasarkan modus selama ini hilangnya pendaki yg turun dari arah puncak kemudian mengalami disorientasi jalur, kebanyakan mereka melipir ke kanan dari jalur yg benar. Dan itu mengarah langsung ke Blank 75 tersebut. Lagi enak2nya prosotan di pasir pas turun tiba2 jalurnya terputus dan lgsg ada jurang dalam yg menganga di depannya dan gak sempat ngerem, bisa dipastikan wassalam. Hampir semua pendaki yg dilaporkan hilang waktu turun dari puncak Semeru diketemukan di sekitaran Blank 75 tersebut, entah diketemukan dalam kondisi hidup ataupun sudah menjadi mayat. Kalo ane gak salah ingat, korban terakhir di Blank 75 ini adalah Alm. Andhika dari UGM yg ditemukan mayatnya di area Blank 75 ini pada agustus 2009 lalu. Setelah itu ada Bule dari USA yg juga nyasar di area tersebut tp untung waktu diketemuakn msh dalam keadaan hidup. Bahkan pada saat SAR Andhika 2009 itu, tim SAR malah menemukan lagi 2 mayat (sudah menjadi kerangka) dari pendaki yg sebenarnya bukan menjadi target pencarian.
Kenapa area Blank 75 banyak memakan korban pendaki yg disorientasi waktu perjalanan turun dari puncak ? Menurut pengamatan newbie karena waktu kita turun dari puncak Semeru melalui jalur berpasir itu, banyak pendaki yg tidak melakukan orientasi medan dengan memperhatikan patokan Cemoro Tunggal sebagai tanda jalur yg benar. Atau bisa jadi para pendaki tersebut kaluar dari kawasan puncak tidak pada entry point dimana dia masuk. Apabila pendaki tersebut melenceng di tengah jalur cerukan pasir yg benar, kemungkinan besar mereka akan melenceng ke kanan dari jalur yg benar. Karena ke kanan relatif lebih gampang daripada melenceng ke kiri yg mempunyai struktur lereng lebih curam dan banyak "tebing pasir" yg tinggi2 sehingga kalo kita udah masuk ke cerukannya akan sangat sulit utk keluar. Mungkin pada saat kita di atas, melencengnya cuma 1 meter dari jalur yg benar, tapi secara logika yg namanya kerucut, semakin ke bawah akan semakin jauh jarak selisihnya.
Pun misalnya pendaki yg telah tersesat tersebut jatuh/masuk ke area Blank 75 tersebut sebenarnya masih dalam keadaan hidup, besar kemungkinan survivor tersebut tidak bisa bertahan hidup lama, kaena (sekali lagi) berdasarkan pengamatan newbie vegetasi di area tersebut tidak mendukung utk kita melakukan survival. Ditambah lagi tdk ada sumber air dan kondisi cuaca dan suhu kawasan Semeru yg bisa dibilang lumayan extreme. Angin kencang dan suhu yg sangat dingin.
Jadi kalo boleh newbie berpesan pada agan2 sekalian yg mo naek semeru, sebisa mungkin berjalan dalam satu rombongan utuh pada saat turun dari puncak. Karena di perjalanan turun itulah resiko terbesar untuk tersesat karena disorientasi jalur.
Karena disorientasi medan..
pertanda semua daya yg ada padamu diuji..
Blank 75 adalah istilah yg sering digunakan oleh personel SAR yg sering beroperasi di Semeru untuk menunjukkan suatu lokasi di gugusan lereng Semeru utk mencari ataupun mengevakuasi korban pendaki yg hilang ataupun tersesat selama pendakian ke Semeru. Bisa dibilang kawasan Blank 75 adalah "DEATH ZONE"-nya jalur pendakian Semeru. Gambaran medannya adalah lereng berpasir yg jalurnya putus (blank) karena dipisahkan oleh jurang yg dalamnya kira2 75m - 100m. Makanya disebut Blank 75. Lokasinya yaitu kalo kita turun dari puncak Semeru, maka Blank 75 letaknya berada diluar jalur di sebelah kanan arcopodo/kelik (dari arah puncak). Di sekitar batas vegetasi. Secara administratif TNBTS terletak di blok Pawon Songo, dusun Pasrujambe, Lumajang.
Kenapa dibilang Death Zone, karena berdasarkan modus selama ini hilangnya pendaki yg turun dari arah puncak kemudian mengalami disorientasi jalur, kebanyakan mereka melipir ke kanan dari jalur yg benar. Dan itu mengarah langsung ke Blank 75 tersebut. Lagi enak2nya prosotan di pasir pas turun tiba2 jalurnya terputus dan lgsg ada jurang dalam yg menganga di depannya dan gak sempat ngerem, bisa dipastikan wassalam. Hampir semua pendaki yg dilaporkan hilang waktu turun dari puncak Semeru diketemukan di sekitaran Blank 75 tersebut, entah diketemukan dalam kondisi hidup ataupun sudah menjadi mayat. Kalo ane gak salah ingat, korban terakhir di Blank 75 ini adalah Alm. Andhika dari UGM yg ditemukan mayatnya di area Blank 75 ini pada agustus 2009 lalu. Setelah itu ada Bule dari USA yg juga nyasar di area tersebut tp untung waktu diketemuakn msh dalam keadaan hidup. Bahkan pada saat SAR Andhika 2009 itu, tim SAR malah menemukan lagi 2 mayat (sudah menjadi kerangka) dari pendaki yg sebenarnya bukan menjadi target pencarian.
Tim SAR menuruni Blank 75 |
Evakuasi Survivor |
Mayat Survivor harus naik ke atas lagi |
Kenapa area Blank 75 banyak memakan korban pendaki yg disorientasi waktu perjalanan turun dari puncak ? Menurut pengamatan newbie karena waktu kita turun dari puncak Semeru melalui jalur berpasir itu, banyak pendaki yg tidak melakukan orientasi medan dengan memperhatikan patokan Cemoro Tunggal sebagai tanda jalur yg benar. Atau bisa jadi para pendaki tersebut kaluar dari kawasan puncak tidak pada entry point dimana dia masuk. Apabila pendaki tersebut melenceng di tengah jalur cerukan pasir yg benar, kemungkinan besar mereka akan melenceng ke kanan dari jalur yg benar. Karena ke kanan relatif lebih gampang daripada melenceng ke kiri yg mempunyai struktur lereng lebih curam dan banyak "tebing pasir" yg tinggi2 sehingga kalo kita udah masuk ke cerukannya akan sangat sulit utk keluar. Mungkin pada saat kita di atas, melencengnya cuma 1 meter dari jalur yg benar, tapi secara logika yg namanya kerucut, semakin ke bawah akan semakin jauh jarak selisihnya.
Pun misalnya pendaki yg telah tersesat tersebut jatuh/masuk ke area Blank 75 tersebut sebenarnya masih dalam keadaan hidup, besar kemungkinan survivor tersebut tidak bisa bertahan hidup lama, kaena (sekali lagi) berdasarkan pengamatan newbie vegetasi di area tersebut tidak mendukung utk kita melakukan survival. Ditambah lagi tdk ada sumber air dan kondisi cuaca dan suhu kawasan Semeru yg bisa dibilang lumayan extreme. Angin kencang dan suhu yg sangat dingin.
Jadi kalo boleh newbie berpesan pada agan2 sekalian yg mo naek semeru, sebisa mungkin berjalan dalam satu rombongan utuh pada saat turun dari puncak. Karena di perjalanan turun itulah resiko terbesar untuk tersesat karena disorientasi jalur.
Berikut ini adalah sedikit informasi tentang Blank 75..
- Blank 75 sebenarnya tidak menunjukkan pada 1 titik koordinat tertentu, melainkan istilah Blank 75 itu dipakai untuk menyebut suatu area berbahaya yang cukup luas atau panjang, yang memiliki jurang-jurang dengan berbagai kontur / ketinggian yang semuanya berbahaya. Bagian jurang atau tebing, ketinggiannya mencapai sekitar 75 meter sehingga muncul istilah Blank 75. Bukan hanya dititik itu saja melainkan di titik-titik lain sekitar Blank 75.
- Blank 75 sebenarnya bukan jalur pendakian melainkan jalur aliran lahar.
- Blank 75 itu areanya berada pada jalur antara Arcopodo atau Cemoro Tunggal kearah Desa Pasrujambe, Kabupaten Lumajang.
- Cemoro Tunggal lokasinya disekitar koordinat 49L 711603 mE 9104263 mS
- Desa Pasrujambe lokasinya disekitar koordinat 49L 720174 mE 9105136 mS
CARA YANG AMAN MENURUNI GUNUNG SEMERU
Blank 75 merupakan seluruh area saat kita pulang yaitu antara lereng
pasir Mahameru (Cemoro Tumbang/Cemoro Tunggal, Arcopodo dan sekitarnya)
sampai ke Kalimati atau area vegetasi, semuanya harus diwaspadai karena
penuh dengan jalur jebakan yang membuat pendaki rawan mengalami
dis-orientasi. Ini dikarenakan selama kita turun, track-nya
berbelak-belok, terkadang kita tidak sadar bahwa kita sudah mengambil
arah yang salah karena ada banyak persimpangan. Dari Arcopodo kembali ke
Kalimati itu sangat membutuhkan kecermatan.
Hanya mereka yang sudah hafal dikepalanya (sudah cukup sering melewati
jalur tersebut) atau punya rasa/sense mengenai saat yang tepat harus
mulai berbelok ke kiri arah Kalimati. Kalau terlewat, mereka akhirnya
akan terbawa pelan- pelan semakin tersesat terlalu kekanan yang
cenderung ke arah Lumajang.
Untuk Tim PA yang sudah sering latihan Kompas & Peta. Hal tersebut
dapat diterapkan waktu berangkat setelah melewati Ranu Kumbolo, ketika
kita berada ditempat terbuka (padang rumput/oro-oro) dimana kita masih
bisa melihat puncak dengan sangat jelas, disekitar Kalimati (sebelum
mulai memasuki area pepohonan), kemudian ukur bearing/azimuth cemoro
tunggal atau lereng pasir sedikit diatasnya. Kemudian waktu pulang
memakai patokan kompas menggunakan sudut wayback /kebalikannya. Dilokasi
petualangan manapun, jika sudut berangkatnya lebih dari 180 derajat
maka wayback-nya tinggal dikurangi 180 derajat. Kalau sudut berangkatnya
kurang dari 180 derajat maka pulangnya tinggal ditambahi 180 derajat.
Akan makin akurat lagi jika kita mengambil sampling arah kompas
berangkat/naik tersebut (antara Kalimati - Cemoro Tumbang atau sedikit
diatasnya) beberapa kali dan dicatat. Kemudian wayback-nya tinggal
dibalik dengan cara yang sama berselisih 180 derajat.
Jika menggunakan GPS, yaitu dengan meng-ON kan TRACK pada GPS (Mulai
Kalimati atau Ranupane sampai kepuncak). Pulangnya mengikuti track
baliknya (TRACK BACK) dari puncak sampai Kalimati/Ranupane. Hati-Hati
jika meggunakan eTrex karena dibawah canopy pepohonan yang lebat, kurang
sensitif. Dan perlu reorientasi ditempat-tempat dimana signal satelit
cukup bagus. Jika menggunakan 76 CSx sudah tidak diragukan lagi mengenai
keakuratan dan kesensitifan dalam mengeplot sebuah titik-titik
koordinatnya. Meskipun menggunakan GPS, jangan lupa tetap menggunakan
kompas dan peta.
PINTU MASUK UNTUK TERSESAT DI BLANK 75
- Plotkan dipeta kita Titik ke 1 dari pintu Masuk kearah Blank 75, pada koordinat 49L 712918 mE 9105142 mS.
- Kemudian Titik ke 2 pada koordinat 49L 713621 mE 9103777 mS.
- Tarik garis yang menghubungkan kedua kordinat tersebut. Garis inilah yang disebut sebagai garis pintu masuk ke arah Blank 75. Jangan sampai kita pergi kearah memotong garis ini, sebab kalau kita melewati garis tersebut maka kita sedang tersesat memasuki area Blank 75 !!!
Perhatikaan patokan |
Kiri-kanan Jurang |
No comments:
Post a Comment